Ada banyak gelar untuk kota Yogyakarta. Kota budaya dan pelajar ini tak hanya terkenal dengan Candi Borobudur dan batiknya yang mendunia, tapi juga surga bagi para pecinta kopi dan kuliner nusantara.
Jumlah kedai kopi di Yogyakarta jauh melebihi kota-kota besar
lainnya seperti Semarang dengan 700 kedai dan Solo dengan 400 kedai. Hal ini
tak lepas dari budaya ngopi yang kuat di masyarakat Yogyakarta. Istilah
"ngopi" sudah menjadi bagian keseharian, baik untuk bersantai,
berdiskusi, hingga mengerjakan tugas.
Pertumbuhan kedai kopi di Yogyakarta juga didorong oleh banyaknya
kampus dan mahasiswa. Kafe atau kedai kopi menjadi tempat favorit untuk
berkumpul, berdiskusi, dan mengerjakan tugas. Tren ini semakin diperkuat dengan
layanan penjualan online yang memudahkan para pelaku usaha kedai kopi.
Ketua Panitia Jogja Coffee Week 2022, Rahadi Sapta Abra, optimis
bahwa industri kopi di Yogyakarta akan terus berkembang. Kehidupan kampus yang
kembali normal dan mahasiswa yang kembali ke Yogya akan semakin mendorong
bisnis kopi di kota ini.
Yogyakarta, tak hanya kaya budaya dan sejarah, tapi juga surga
bagi para pecinta kopi. Datang dan rasakan budaya ngopi yang kental di kota
ini!
Sejarah Kedai Kopi di Indonesia: Dari
Biji Impor hingga Budaya Ngopi
Secangkir kopi hangat di tangan sambil
berbincang-bincang dengan teman sudah menjadi pemandangan lumrah di Indonesia.
Tapi tahukah Anda, sejarah kedai kopi di Indonesia sudah ada sejak ratusan
tahun lalu? Mari telusuri perjalanan kedai kopi di Nusantara:
Awal Mula Kedai Kopi: Biji Impor dari Yaman (abad
ke-17)
Kedatangan kopi ke Indonesia diperkirakan terjadi pada
abad ke-17. Salah satu sumber menyebutkan bahwa pada tahun 1696, Belanda
membawa bibit kopi Arabika dari Yaman ke Batavia (sekarang Jakarta) [Sumber 1].
Namun, bibit kopi tersebut gagal tumbuh karena banjir. Meskipun begitu, Belanda
tak menyerah dan terus berupaya mengembangkan tanaman kopi di Indonesia.
Kedai Kopi Pertama dan Budaya Ngopi (abad ke-18 - 19)
Kedai kopi pertama di Indonesia diperkirakan berdiri
pada abad ke-18. Salah satu sumber menyebutkan warung kopi yang didirikan oleh
Liauw Tek Soen di Batavia pada tahun 1878 [Sumber 2]. Selain menjual kopi,
warung ini juga menyediakan makanan. Sejak saat itu, kedai kopi mulai menjamur
dan menjadi tempat favorit masyarakat untuk bersosialisasi dan
berbincang-bincang. Budaya "ngopi" pun mulai terbentuk.
Perkembangan Kedai Kopi di Era Modern (abad ke-20 - sekarang)
Seiring berjalannya waktu, kedai kopi di Indonesia
terus mengalami perkembangan. Pada abad ke-20, mulai bermunculan kedai kopi
modern dengan konsep yang lebih kekinian. Warung kopi tradisional pun terus
beradaptasi dengan menyediakan beragam menu kopi dan fasilitas yang lebih
nyaman.
Menjelang abad ke-21, kehadiran kopi instan semakin
memudahkan masyarakat untuk menikmati kopi. Namun, tren tersebut diimbangi
dengan munculnya gelombang specialty coffee. Para pecinta kopi mulai mencari
pengalaman menikmati kopi dengan cita rasa yang lebih premium. Kedai kopi yang
fokus pada biji kopi berkualitas tinggi dan teknik brewing yang baik pun
semakin menjamur.
Sumber Bacaan:
- https://books.google.com/books/about/Sains_Kopi_Indonesia.html?id=S7_RDwAAQBAJ (bab II. WARUNG KOPI PURNAMA SEBAGAI WARUNG KOPI PERTAMA BANDUNG II.1 Kopi II.1.1 Sejarah Kopi)
- https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/10/01/inilah-kedai-kopi-pertama-di-indonesia (Terus Bertambah, Begini Sejarah Perkembangan Coffee Shop di Indonesia)