The Muara Jogja: Kulineran di Tepian Sungai Opak

the muara, cafe tepi sungai, cafe tepian sungai opak, cafe jogja

The Muara Jogja, photo by Perjalananday

Tempatnya baru buka jadi lumayan ramai (usahakan jangan datang dihari libur) bisa-bisa tidak kebagian tempat duduk. Sebaiknya reservasi dulu minimal satu hari sebelumnya. Tapi ini cara lain mensiasatianya.

Suatu hari, saya dan suami sedang mencari tempat untuk makan siang. Mumpung sedang di Kota Bantul jadi kami memutuskan ke sebuah resto yang berada di tepian Sungai Opak. Nama tempatnya The Muara Jogja. Sebenarnya sudah lama saya ingin mencoba kuliner di The Muara Jogja, cuma belum sempat karena cukup jauh dari rumah.

Jarak dari Pasar Bantul aja sekitar 17 km, kurang lebih stengah jam perjalanan. Rute perjalanannya persis mengarah ke Pantai Goa Cemara. Jalannya sangat bagus ditambah bonus pemandangan indah. Hamparan sawah yang luas diikuti irigasi air yang meliuk seperti ular raksasa di sepanjang jalan.

Meski cuaca lagi panas-panasnya tapi gak begitu terasa karena banyak pohon-pohon besar dipinggir jalan. Syukurnya di jam-jam menjelang siang perjalanan tidak macet. Banyak pedagang durian disepanjang jalan dengan papan harga bertulis mulai dari 10 per buah. Monggo buat yang hantu durian silahkan melipir dulu.

Setelah meninggalkan jalan nasional. Oleh google maps kami diarahkan ke jalan-jalan kecil yang di sekelilingnya sawah. Setelah itu masuk-masuk gang diantara rumah-rumah warga, dan berakhir di perempatan jalan yang ada posnya.

Begitu akan memasuki kawasan pantai, ada pos yang dijaga oleh petugas wisata. Setiap wisatawan yang melintasi pos ini diwajibkan untuk membayar tiket per orangnya 10 ribu. Dengan tiket tersebut pengunjung dapat mengunjungi semua tempat wisata di kawasan itu tanpa harus membayar lagi kecuali parkir. 


The Muara Jogja, photo by Perjalananday

Dari pos tersebut, kami terus lurus menuju The Muara Jogja (ada plangnya di pinggir jalan). Jangan khawatir kesasar, ikuti saja google maps, dijamin sampai ke tujuan.

Jalan menuju The Muara Jogja tidak begitu luas. Kalau dua mobil berpapasan, terpaksa salah satu harus mengalah (cari tempat mundur dulu). Tidak bisa dilalui dua mobil sekaligus. Begitupun jika mobil berpapasan dengan sepeda motor, salah satu harus siap-siap cari tempat berdiam diri, karena jalannya tidak cukup.

Pertigaan di depan ambil lurus. Kalau ke kiri sepertinya menuju ke kebun warga, sementara ke kanan menuju ke wisata mangrove (sekalian aja mampir kalau ada waktu). Disini halaman parkir cukup luas, dan tukang parkirnya selalu stanby.

Begitu keluar dari mobil, panasnya luar biasa (siang bolong memang puncaknya panas di Jogja). Saya dan suami cepat-cepat meningglakan parkiran. Sudah tidak sabar ingin memesan kelapa muda, atau apapun yang seger-seger.


The Muara Jogja, photo by Perjalananday

Begitu masuk. Sumpah! Ramainya luar biasa. Ternyata sedang ada rombongan anak-anak paud yang mengadakan event sekolah. Semua tempat duduk full. Baik outdoor maupun indoor. Astaga, saya lupa. Ternyata hari itu adalah hari minggu.

Saya langsung ke resepsionistnya. Berharap masih ada tempat duduk yang bisa mereka sediakan. Tapi ternyata tidak bisa. Dalam situasi begini biasanya otak saya tidak pernah kehabisan akal. Apalagi sudah jauh-jauh begini, masak iyah hasilnya zonk.

Saya langsung tanya, kapan rombongan anak paud selesai. Mereka bilang pukul 12.00. “Oke, kalau begitu saya reservasi puku 12.00 untuk dua orang” Dan ternyata bisa.

Ya sudah kami berdua memutuskan keluyuran dulu karena jam masih menunjukan pukul 11.00. Kami menghabisan waktu satu jam melihat-lihat kawasan di sekitar.

Ternyata ada banyak sekali tempat wisata, tidak hanya pantai, disini juga ada arena untuk bermain perahu kano. Ada hutan mengarove juga yang lokasinya persis di sisi kanan The Muara Jogja.

Apalagi disepanjang kawasan itu dari sisi kiri terdapat banyak pantai berjejeran. Ada pantai Goa Cemara, Pantai Samas, Pantai Cangkring, Pantai Pandansari dan di penghujung jalan ada tambak udang yang luas.

Kami juga menyusuri sisi kanan. Ada jembatan yang vibesnya mirip di film-film korea. Namanya Jembatan Kretek 2. Jadi gak perlu jauh-jauh ke Korea, disini juga ada Sungai Han versi Bantul.

Setelah penghabisan jembatan, berbelok sedikit ke kanan. Disana berjejer juga pantai-pantai seperti, Pantai Depok, Pantai Cemara Sewu, Parangkusumo, Parangtritis, dan masih banyak wisata lainnnya.

Setelah mutar-mutar gak jelas (bisa dibilang survei kecil-kecilan lah yah). Kami berhenti disebuah warung kecil di pinggir jalan. Warungnya sederhana sekali tapi viewnya keren. Nikmat sekali panas-panas minum jus manga sambil memandang hamparan hijau sawah yang luas. Duduk bersantai sambil dikipas angin laut (kami sengaja mengulur waktu, karena masih stengah jam lagi). Warung ini tidak jauh dari The Muara Jogja. Sekitar 4 menit.

Pukul 12.00 wib. Kami langsung on the way. Perutpun sudah terasa lapar. Begitu sampai di parkiran, gila banyak sekali pengunjung baru yang berdatangan. Padahal di pintu masuk sudah melintang tulisan “Sorry we are full!”

Saya semakin penasaran. Sehebat apa resto ini, sampai pengunjung begitu antusiasnya. Saya menemui mbak-mbak resepcionist yang tadi. Syukurnya tempat kami sudah disiapkan dengan view yang langsung ke sungai. Tidak lama kami duduk, waitersnya datang bawa menu. Kami langsung order.

The Muara Jogja, photo by Perjalananday

Eh ternyata, sudah banyak menu yang sold out. Astaga. Sup ikannya habis. Jadi terpaksa saya pesan sup tahu jamur dan kerang serimping asam manis. Gak apa-apa lah, yang penting kelapa mudanya ada. “tapi mbak, maaf kelapa mudanya juga habis!” hmmm, ya sudah minumnya air putih hangat saja. Suami sayapun terpaksa pesan mie goreng seafood. Hanya itu yang bisa kami makan. Menu lainnya yang masih ada semuanya ayam (btw kami berdua tidak makan ayam). Huhuhu

Karena pengunjungnya ramai, kami harus menunggu pesanan kurang lebih satu jam. Waw. Sepertinya disini memang cocok buat hunting photo atau nongkrong-nongkrong aja sih. Buat kamu yang tujuannya mau makan tepat waktu dan ingin makan enak. Kayanya tempat ini kurang tepat.

Setelah menunggu lama, makananpun tiba. Katanya sih disini menu sefoodnya yang bestseller. Saya tidak sabar mencoba kerang serimping asam manisnnya. Ternyata rasanya seperti asam manis pada umumnya. Kerangnya ya tuhan seujung kelingking saya. Trus banyak kerang yang tidak ada isinya. Tapi sop tahu jamurnya lumayan sih. Kalau mie goreng sefoodnya, suami saya bilang terlalu berminyak dan rasanya ya seperti mie goreng aja.


The Muara Jogja, photo by Perjalananday

Resto ini persis menghadap langsung ke Sungai Opak yang berada tidak jauh dari laut. Jadi suasananya enak karena dikipas angin setiap saat. Bangunan full terbuat dari bambu. Tempat duduk dan mejanyapun semuanya dari kayu. Interiornya seperti resto ala-ala bali gitu.

Disini juga menyediakan wahana susur sungai dengan perahu. Pengunjung hanya perlu membayar 20 ribu per orang. Sungainya tenang, jadi sangat ramah untuk anak-anak.

Fasilitas disini cukup lengkap. Toiletnya banyak jadi gak harus antri. Musholahnya juga bersih. Disudut kiri resto ini ada playgroundnya. Cocok untuk liburan keluarga.

Total makan di The Muara Jogja untuk dua orang dengan 4 menu (mie goreng sefood, sup tahu jamur, kerang serimping asam manis, kelapa gula aren) adalah 93 ribu. Tambah parkir 5 ribu. Jadi totalnya 98 ribu.

Setelah puas mengambil gambar. Kami on the way pulang. Mengingat hari itu, hari minggu. Kami tidak mau terjebak macet. Karena menjelang sore biasanya ramai wisatawan berkunjung ke Pantai Parangtritis. Kamipun mencari rute lain. Agar tidak berpapasan dengan pengunjung yang baru datang.

Related Posts

Rajaklana Resto Ala Bali di Jogja
Baca selengkapnya